Kemasan Pintar dari Limbah Pisang: Cara Clara Mengubah Sampah Jadi Pelindung Pangan

SURABAYA, IDEA JATIM – Limbah makanan bukan hanya soal sisa nasi atau sayur basi yang dibuang begitu saja. Di balik tumpukan sampah organik rumah tangga, Clara Kusuma Wardani melihat sesuatu yang tak semua orang perhatikan, yakni kulit pisang. 

Dari limbah yang biasa teronggok di tempat sampah itulah, mahasiswi Teknologi Pangan Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya (UKWMS) ini menciptakan Smart Edible Film Packaging, inovasi kemasan pintar yang tak hanya bisa membungkus makanan, tetapi juga memberi tahu apakah makanan itu masih layak konsumsi atau tidak.

-Advertisement-.


Masalah yang ingin Clara atasi sebenarnya sederhana namun kompleks, tentang bagaimana memanfaatkan kembali limbah makanan menjadi produk yang berguna, sekaligus mencegah masyarakat mengonsumsi makanan basi tanpa sadar.

“Kalau bahan makanan yang dikemas sudah mulai rusak, warna kemasannya akan berubah jadi lebih gelap. Jadi bisa langsung ketahuan,” ucap Clara, Rabu (24/4/2025).

Kemasan buatannya itu bekerja sebagai indikator visual. Saat susu atau makanan lain mulai rusak, lembaran film yang menutup wadahnya akan berubah warna.

Pada tahap uji coba, kemasan digunakan menutup wadah susu, dan hasilnya adalah perubahan warna terjadi tanpa perlu dibuka atau dicium baunya. Sebuah solusi praktis bagi konsumen modern yang sibuk dan kurang teliti.

Limbah Pisang Kepok dan Bunga Rosella

Clara memilih kulit pisang kepok karena tebal dan kaya akan pektin, komponen penting dalam pembuatan film biodegradable. Kulit pisang dipotong, dikerok, lalu dicampur dengan ekstrak bunga rosella. 

Selanjutnya, campuran itu dipanaskan bersama bahan lain seperti tepung, telur, tapioka, dan sorbitol. Setelah itu, adonan dituangkan dalam cetakan dan dikeringkan selama tiga hari hingga menjadi lembaran film.

“Saya pilih pisang kepok karena kulitnya lebih tebal. Dari situ kita bisa dapat lebih banyak bahan yang bisa diproses jadi kemasan,” ujarnya.

Berbeda dari edible coating yang langsung menyentuh makanan, inovasi Clara lebih menyerupai lapisan pelindung di bagian luar kemasan. Ia menegaskan, kemasan ini aman dan tidak akan mencemari makanan karena hanya bersifat pelindung, bukan bagian yang dikonsumsi langsung.

Smart Edible Film Packaging buatan Clara memang masih dalam tahap awal, namun potensinya besar. Selain ramah lingkungan, kemasan ini juga memberi solusi konkret untuk pengurangan food waste. Clara mengaku inovasi ini dibuat sebagai tugas akhir, tapi harapannya jauh melampaui ruang sidang skripsi.

“Masyarakat masih kurang sadar kalau limbah makanan itu bisa diolah jadi sesuatu yang berguna. Harapannya, kemasan ini bisa jadi awal dari perubahan itu,” tukas Clara.

Sebagai salah satu lulusan terbaik UKWMS tahun akademik 2024/2025, Clara tak hanya menyumbangkan gagasan, tapi juga menunjukkan bahwa ketahanan pangan tak selalu dimulai dari kebijakan besar, melainkan bisa juga dari satu kulit pisang di tangan orang yang berpikir kreatif. (*)

-Advertisement-.

IDJ