Parenting Education 2025: Upaya SDN Mojorangagung Tekan Kekerasan Anak di Era Digital

SURABAYA, IDEA JATIM – Di tengah derasnya arus digital, anak-anak kini tumbuh dalam dunia yang terhubung namun tak selalu aman. Gadget dan internet membuka pintu pengetahuan, tapi juga membawa risiko baru, mulai dari konten kekerasan, perundungan siber, hingga menurunnya kualitas interaksi anak dengan lingkungan sekitar. 

Salah satu penyebabnya adalah lemahnya kontrol dari lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Dalam kasus tertentu, anak-anak yang mengalami konflik seringkali tidak mampu menyalurkan emosi dengan cara yang positif dan justru merugikan diri sendiri maupun orang lain.

-Advertisement-.


Melihat kondisi yang kian pelik, dibutuhkan langkah preventif yang bukan hanya sekadar reaktif ketika kasus kekerasan terjadi, tetapi juga proaktif dalam membangun karakter anak sejak dini. Salah satunya adalah melalui pendekatan pengasuhan yang tepat dan relevan dengan tantangan zaman.

Edukasi Pengasuhan di Tengah Arus Digital

SDN Mojorangagung Wonoayu, Sidoarjo menjawab tantangan tersebut dengan menyelenggarakan kegiatan Parenting Education 2025, sebuah program rutin yang menggandeng Parenting Cangkru’an Surabaya. Kegiatan itu menyasar orang tua murid sebagai mitra strategis sekolah dalam membentuk lingkungan yang aman, sehat, dan mendukung perkembangan anak.

Dalam kegiatan tersebut, hadir Syaiful Bachri, Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) Kota Surabaya, sebagai narasumber utama. Ia memaparkan pentingnya memahami kondisi anak secara menyeluruh, baik dari sisi emosional, psikologis, hingga tantangan yang ditimbulkan oleh teknologi.

“Kita tidak bisa memisahkan anak-anak dari dunia digital, tapi kita bisa membimbing mereka agar tetap aman dan sehat dalam menggunakannya,” ucap Syaiful Bachri, yang akrab disapa Kak Iful, Sabtu (30/5/2025).

Syaiful juga menyoroti pentingnya peran aktif orang tua dalam membangun komunikasi yang sehat, membagi peran pengasuhan antara ayah dan ibu, serta memastikan bahwa anak-anak mendapatkan perhatian penuh, bukan hanya pengawasan semata.

“Tantrum, marah, menangis, itu semua bagian dari hidup anak. Orang tua harus hadir, bukan sekadar mengontrol, tapi mengamati dan memahami,” jelasnya.

Gadget dan Tantangan Baru dalam Pengasuhan

Salah satu tantangan terbesar dalam pengasuhan anak saat ini adalah kecanduan gadget. Hal tersebut diungkapkan oleh Aries Suryono, Kepala SDN Mojorangagung, yang juga menjadi narasumber dalam kegiatan tersebut.

Ia menyebut bahwa semakin sering dijumpai anak-anak yang lebih akrab dengan layar daripada berinteraksi langsung dengan orang tua atau teman sebaya.

“Interaksi yang berkualitas antara anak dan orang tua seringkali terganggu karena penggunaan gadget yang tidak terkontrol. Ini menjadi salah satu fokus dalam parenting kali ini,” ucap Aries Suryono.

Ia menekankan bahwa kegiatan Parenting Education bukan sekadar seremoni tahunan, tetapi bagian dari strategi sekolah untuk membangun kolaborasi lintas pihak, mulai dari orang tua, guru, komite sekolah, hingga masyarakat dalam menciptakan lingkungan yang ramah anak.

Wujudkan Rencana Aksi Bersama untuk Cegah Kekerasan

Parenting Education 2025 tidak hanya menyuguhkan teori, tetapi juga menjadi ruang berbagi pengalaman dan solusi. Berbagai pertanyaan diajukan oleh wali murid, mulai dari penanganan anak dengan karakter labil secara emosional, hingga bagaimana menanggulangi anak yang kecanduan gadget. Semua dibahas dengan pendekatan praktis dan kontekstual.

Diharapkan, dari kegiatan itu akan lahir rencana aksi bersama untuk pencegahan kekerasan terhadap anak di sekolah. Upaya tersebut menjadi penting karena gangguan dalam proses belajar, terutama yang disebabkan oleh tekanan emosional atau kekerasan, bisa berdampak serius terhadap prestasi akademik dan kesehatan mental siswa.

Dampak Nyata Parenting Education

Salah satu wali murid, yang akrab disapa Mama Albi, membagikan kisah perubahan positif yang terjadi pada anaknya setelah mengikuti kegiatan parenting tahun sebelumnya. Anak yang awalnya takut sekolah, mudah menangis, dan kehilangan semangat, kini berubah menjadi lebih ceria dan percaya diri.

“Albi dulu sering nangis dan takut sekolah. Tapi setelah saya ikut parenting dan mendengar pemaparan Kak Iful, saya jadi lebih tahu bagaimana cara menghadapi anak. Sekarang Albi sudah berubah, nggak butuh waktu lama,” ucap Mama Albi dengan wajah penuh syukur.

Parenting Education 2025 bukan hanya agenda tahunan, tetapi bentuk nyata komitmen sekolah dan para stakeholder untuk melindungi anak-anak dari kekerasan dan pengaruh buruk era digital. (*)

-Advertisement-.

IDJ