SURABAYA, IDEA JATIM – Sejak beberapa hari yang lalu, jagat media sosial Indonesia kembali diwarnai dengan tren baru yang mencerminkan keresahan anak muda, yakni #KaburAjaDulu. Tagar ini muncul sebagai ekspresi kekecewaan terhadap berbagai tantangan yang dihadapi generasi muda di dalam negeri.Â
Kesempatan kerja yang semakin sempit, biaya pendidikan yang tinggi, hingga ketidakpastian ekonomi menjadi faktor utama yang mendorong mereka untuk mencari peluang di luar negeri.
-Advertisement-.
Fenomena ini bukan hanya sekadar tren di media sosial, tetapi juga mencerminkan realitas yang lebih dalam. Banyak anak muda merasa terpinggirkan dan tidak melihat masa depan yang menjanjikan di Indonesia.Â
Tagar ini pun berkembang menjadi simbol perlawanan terhadap kondisi yang ada, sekaligus ajakan untuk mencari kehidupan yang lebih baik di luar negeri.
Pandangan Akademisi: Simbol Keresahan Kolektif
Ido Prijana Hadi, dosen Ilmu Komunikasi dan Wakil Dekan Faculty of Humanities and Creative Industries Petra Christian University (PCU), menilai bahwa #KaburAjaDulu lebih dari sekadar bentuk protes.
“Ini adalah wujud keresahan kolektif generasi muda yang merasa semakin sulit berkembang di Indonesia,” ujar Ido, Rabu (26/2/2025).
Menurutnya, banyak anak muda melihat bahwa kesempatan di dalam negeri semakin terbatas, sementara di luar negeri, mereka merasa memiliki peluang yang lebih baik untuk bekerja dan mengembangkan diri.
Peran Media Sosial dalam Menyuarakan Ketidakpuasan
Dari perspektif Ilmu Komunikasi, Ido menjelaskan bahwa tren ini bisa dikategorikan sebagai simbol komunikasi atau bahkan propaganda. Dalam teori agenda setting, isu yang viral di media sosial dapat memengaruhi opini publik dan bahkan mendorong pemerintah untuk bertindak.
“Media sosial kini menjadi alat yang sangat kuat dalam membentuk persepsi dan menekan kebijakan,” katanya.
Dengan penyebaran yang luas dan masif, fenomena ini bisa menjadi pemicu perubahan, tergantung bagaimana pemerintah menanggapinya.
Ancaman Brain Drain jika Tidak Diatasi
Salah satu kekhawatiran utama dari tren #KaburAjaDulu adalah potensi brain drain, yaitu hilangnya sumber daya manusia berkualitas karena mereka lebih memilih menetap di luar negeri.
“Jika terlalu banyak generasi muda yang pergi dan tidak kembali, Indonesia bisa kehilangan potensi terbaiknya,” ungkap Ido.
Tantangan untuk Pemerintah: Menciptakan Peluang yang Lebih Baik
Melihat tren ini, Ido menekankan pentingnya peran pemerintah dalam menciptakan kebijakan yang lebih berpihak pada generasi muda. Menurutnya, masalah ini tidak bisa diabaikan jika Indonesia ingin mempertahankan sumber daya terbaiknya.
“Pemerintah harus memberikan lebih banyak kesempatan bagi anak muda untuk berkembang di dalam negeri,” tegasnya.
Selain itu, transparansi dalam pengelolaan anggaran dan kebijakan yang lebih jelas dalam bidang pekerjaan, pendidikan, serta kesejahteraan harus menjadi prioritas. Tanpa langkah konkret, pesimisme anak muda terhadap masa depan di Indonesia bisa semakin meningkat.
Fenomena #KaburAjaDulu bukan sekadar tren sesaat di media sosial, tetapi refleksi dari ketidakpuasan yang mendalam. Jika tidak segera ditanggapi dengan kebijakan yang tepat, tren ini bisa menjadi indikasi awal dari permasalahan yang lebih besar, yaitu hilangnya generasi muda berbakat yang memilih pergi dan tidak kembali. (*)