Sanggar Gembira, Tumbuhkan Kreativitas Anak Kampung di Bekas Kandang Sapi

KOTA MALANG, IDEA JATIM – Di tengah kesibukan Kota Malang, tepatnya di Jalan Ki Ageng Gribig, Kelurahan Madyopuro, Kecamatan Kedungkandang, berdiri sebuah tempat yang penuh dengan kreativitas.

Sanggar Gembira, yang dulunya adalah kandang sapi, kini menjadi ruang bagi anak-anak untuk belajar dan berekspresi, jauh dari hiruk-pikuk dunia digital yang sering mengisolasi mereka.

Dari Kandang Sapi ke Ruang Kreativitas 

Sanggar Gembira didirikan pada 2018 oleh Dapeng, yang lebih akrab dipanggil Pak Peng. Awalnya, kegiatan seni dan pendidikan dilakukan di teras-teras rumah tetangga, namun dengan berkembangnya jumlah anak-anak yang tertarik, sanggar ini akhirnya didirikan di atas tanah bekas kandang sapi milik orang tua Pak Peng.

Dengan bantuan keluarga dan warga sekitar, sanggar ini dibangun secara bertahap dan kini menjadi ruang yang menyatukan anak-anak, pemuda, dan masyarakat sekitar dalam kegiatan positif.

“Aku ingin seni yang aku lakukan tidak hanya untuk galeri, tapi bisa langsung dirasakan oleh masyarakat. Makanya, aku mendirikan sanggar ini untuk anak-anak kampung,” ujar Pak Peng ketika ditemui Selasa (21/1/2025).

Ruang Berkegiatan yang Mengalir 

Keunikan Sanggar Gembira terletak pada sifatnya yang santai dan mengalir. Di sanggar ini, tidak ada aturan ketat atau jadwal yang terstruktur. Semua kegiatan berlangsung dengan bebas dan penuh semangat. 

“Disini semuanya ngalir saja. Itu yang membuat sanggar ini beda,” kata Roby, seorang pemuda dari Gusar Daun, komunitas yang aktif di Sanggar Gembira pada Selasa (21/1/2025).

Pada hari libur sekolah, sanggar ini dipenuhi anak-anak berusia 6 hingga 14 tahun. Mereka tidak hanya menggambar dan mewarnai, tetapi juga ikut serta dalam berbagai kegiatan kreatif lainnya, seperti cukil, hidroponik, dan bahkan kelas bahasa Korea. 

“Kami tidak mendatangkan mentor khusus. Kegiatan-kegiatan ini sering kali dimulai dari komunitas luar yang ingin berbagi ilmu,” terang Roby.

Salah satu kegiatan yang menarik perhatian adalah kelas bahasa Korea, di mana anak-anak dengan antusias belajar menulis dan mengucapkan kata-kata dalam bahasa Korea, seperti “kamsahamnida” (terima kasih).

Kelas bahasa ini bukanlah sesuatu yang terencana, namun menjadi salah satu bukti bahwa Sanggar Gembira begitu terbuka bagi berbagai macam kegiatan.

Membangun Semangat Kolektif

Lebih dari sekadar tempat untuk belajar, Sanggar Gembira juga menjadi simbol semangat kolektif. Tidak hanya untuk anak-anak, tetapi juga untuk komunitas di sekitar.

Pak Peng berharap agar semangat kolektif ini membawa dampak positif bagi lingkungan, seperti mengurangi ketergantungan anak-anak pada gadget dan memperkuat interaksi sosial antar mereka.

“Semoga sanggar ini terus berkembang dan memberi manfaat lebih banyak lagi. Kami ingin sanggar ini menjadi lebih terstruktur, sehingga kegiatan yang ada di sini bisa lebih maksimal dan berdampak pada anak-anak serta lingkungan sekitar,” harap Roby. (*)