SEGTA 2025 UNAIR: Kolaborasi Internasional Semangat SDGs ke Pulau Kecil

SURABAYA, IDEA JATIM — Sementara kota-kota besar berlomba mempercepat transisi energi hijau, tak sedikit wilayah di Indonesia yang masih bergantung pada genset atau bahkan hidup tanpa listrik. Padahal, <>Sustainable Development Goals (SDGs) bukan hanya soal energi terbarukan, melainkan juga pemerataan.

Kesenjangan itulah yang coba dijembatani oleh mahasiswa dan akademisi dari tujuh negara lewat program<> Sustainable Energy and Green Technology Applications (SEGTA) 2025 yang merupakan kegiatan internasional FTMM UNAIR di tahun 2025 ini.

-Advertisement-.


Dukung 4 Poin SDGs Sekaligus

Dosen Koordinator SDGs FTMM UNAIR, Septia Devi Prihastuti Yasmirullah, mengatakan bahwa SEGTA 2025 melalui berbagai kegiatan seperti community development dan juga academic outreach, mampu mendukung setidaknya empat poin SDGs, yaitu:

  • SDG 6: <>Clean Water and Sanitation
  • SDG 7: <>Affordable and Clean Energy
  • SDG 9: <>Industry, Innovation and Infrastructure
  • SDG 17: <>Partnerships for the Goals

Capaian tersebut diwujudkan melalui enam topik kegiatan community development yang berlangsung di Gili Iyang, Sumenep.

“Seluruh proyek community development yang kami jalankan di Gili Iyang dirancang untuk langsung menjawab kebutuhan masyarakat sekaligus mengimplementasikan inovasi teknologi ramah lingkungan dari kampus,” jelas Septia, Kamis (7/8/2025).

Peresmian di Kota Besar, Aksi di Pulau Kecil

SEGTA 2025 sendiri resmi dibuka pada Kamis, (7/8/2025), di Bima Suci Airlangga Convention Center (ACC), oleh Prof. Ni’matuzahroh, Wakil Dekan 1 FTMM sekaligus Plt. Dekan.

“Melalui SEGTA, peserta akan mengalami dua hal sekaligus. Pertama, mengenal inovasi teknologi berkelanjutan yang dikembangkan fakultas kami. Kedua, merasakannya langsung di tengah masyarakat di Sumenep dan Gili Iyang,” ujar Prof. Ni’matuzahroh dalam sambutannya.

Usai pembukaan, peserta langsung mengikuti presentasi enam topik proyek yang akan dilaksanakan di lapangan. Kemudian mereka dibagi menjadi enam kelompok untuk sesi diskusi problem-solving selama 60 menit. Ini menjadi tahap awal sebelum mereka diterjunkan ke lokasi.

Ada 91 Peserta dari 7 Negara

Tahun 2025 menjadi penyelenggaraan SEGTA yang keempat kalinya, dengan skala internasional yang semakin luas. Total terdapat 91 peserta, terdiri dari 62 mahasiswa dan 29 staf akademik.

Mereka berasal dari berbagai universitas di Indonesia dan tujuh negara lain, yakni: Malaysia, Thailand, Filipina, Palestina, China, Sudan, dan Gambia.

Kolaborasi lintas negara ini menjadi bagian dari strategi FTMM dalam membangun kemitraan internasional di bidang pendidikan dan inovasi berkelanjutan, sesuai dengan spirit SDG 17.

Aplikasi Teknologi di Gili Iyang

Kegiatan utama SEGTA berlangsung di Pulau Gili Iyang, Kabupaten Sumenep, yang dikenal sebagai salah satu pulau dengan kadar oksigen tertinggi di Indonesia. Namun di balik potensi itu, pulau ini masih menghadapi keterbatasan infrastruktur dan akses energi.

Beberapa program unggulan yang dilaksanakan meliputi:

  • <>Solar-Powered Hydroponics: solusi ketahanan pangan tanpa bahan bakar fosil
  • <>Coconut Tree Planting: pelestarian oksigen alami
  • <>Electric Mobility Education: edukasi kendaraan ramah lingkungan untuk pelajar
  • <>Air Quality Monitoring: sistem pemantauan udara berbasis energi surya
  • <>Drone & Green Tourism Policy: dukungan teknologi untuk wisata berkelanjutan
  • <>Solar Shelter Maintenance: memastikan kualitas infrastruktur energi bersih

Semua kegiatan tersebut melibatkan interaksi langsung dengan masyarakat lokal dan lembaga setempat.

Berlangsung di Tiga Wilayah

Selain Gili Iyang dan Sumenep, rangkaian SEGTA 2025 juga menyentuh wilayah Probolinggo dan Surabaya. Seluruh kegiatan berlangsung dari 6 hingga 14 Agustus 2025, dengan mobilitas peserta yang diarahkan ke lapangan untuk menghubungkan teori dengan praktik.

SEGTA 2025 membuktikan bahwa teknologi hijau bukan hanya milik laboratorium atau forum elite global, tetapi bisa diterjemahkan menjadi aksi konkret yang menyentuh komunitas paling pinggiran. Dan dari pulau kecil seperti Gili Iyang, semangat menuju masa depan berkelanjutan itu terus dinyalakan. (*)

-Advertisement-.

IDJ