IDEA JATIM—Iran resmi mengamankan tiket ke Piala Dunia FIFA 2026 yang akan digelar di Kanada, Amerika Serikat, dan Meksiko. Namun, keterlibatan negara tersebut dalam konflik bersenjata di Timur Tengah dapat membahayakan partisipasinya dalam turnamen empat tahunan itu.
Iran lolos ke Piala Dunia setelah bermain imbang 2–2 melawan Uzbekistan pada 25 Maret di Stadion Azadi, Teheran. Hasil itu memastikan tim asuhan Amir Ghalenoei finis di puncak grup A babak ketiga kualifikasi Asia dengan 23 poin dari 10 pertandingan.
-Advertisement-.
Bersama Uzbekistan, Iran otomatis melaju ke putaran final. Ini adalah kali keempat secara berturut-turut Iran berhasil lolos ke Piala Dunia.
Namun, situasi geopolitik membayangi lolosnya Iran. Pada 13 Juni 2025, Israel melancarkan serangan mendadak terhadap fasilitas militer dan nuklir Iran. Iran membalas dengan menembakkan rudal ke beberapa kota dan lokasi militer Israel. Aksi saling serang ini membuat wilayah udara di sejumlah negara termasuk Irak, Yordania, dan Suriah ditutup sementara.
Ketegangan meningkat tajam pada Sabtu (21/6/2025), ketika Amerika Serikat bergabung dalam konflik, mengirimkan pembom B-2 untuk menyerang tiga situs nuklir strategis Iran di Fordow, Natanz, dan Isfahan.
Konflik ini berdampak langsung pada dunia olahraga. Penyerang timnas Iran Mehdi Taremi, bahkan tidak dapat menghadiri Piala Dunia Antarklub FIFA 2025 di AS akibat pembatasan perjalanan.
Media internasional mulai memunculkan kemungkinan larangan partisipasi Iran di Piala Dunia 2026. Surat kabar <>The Australian >menulis, “Larangan terhadap Iran sangat mungkin terjadi,” dengan merujuk pada preseden sebelumnya seperti larangan FIFA terhadap Rusia akibat invasi ke Ukraina pada 2022, serta larangan terhadap Yugoslavia saat konflik Balkan pada 1990-an.
Situs olahraga Inggris SportBible juga menyuarakan kekhawatiran serupa, mengaitkannya dengan pengaruh Presiden AS Donald Trump terhadap Presiden FIFA Gianni Infantino.
Mereka menyoroti bahwa sebagian besar pertandingan Piala Dunia 2026 akan digelar di Amerika Serikat, dan mustahil memisahkan kekerasan di Timur Tengah dari atmosfer turnamen.
Infantino telah beberapa kali bertemu dengan Trump dalam beberapa bulan terakhir, termasuk saat mendampingi Trump dalam kunjungan ke Timur Tengah.
Kedekatan mereka menimbulkan spekulasi soal potensi keputusan FIFA terkait Iran. Namun hingga kini, baik Trump maupun Infantino belum memberikan pernyataan resmi.
Kendati lolos, kehadiran tim nasional Iran di Piala Dunia 2026 tetap diliputi ketidakpastian, khususnya karena pembatasan perjalanan.
Iran masuk dalam daftar lebih dari 40 negara yang mendapat pembatasan visa dari AS. Walau pemain, pelatih, dan ofisial tim dapat memperoleh pengecualian, para pendukung Iran akan kesulitan hadir langsung mendukung tim mereka di AS.
Sebagai alternatif, Iran mungkin berharap tergabung di grup A agar memainkan semua laga fase grup di Meksiko, negara yang tidak memberlakukan pembatasan perjalanan seperti AS.
Namun, jika lolos ke fase gugur, pertandingan hampir pasti akan digelar di wilayah Amerika Serikat, yang menjadi tuan rumah untuk 78 dari 104 laga.
Piala Dunia 2026 akan berlangsung dari 11 Juni hingga 19 Juli 2026, melibatkan 48 tim dan digelar di 16 kota di tiga negara. Saat ini, baru 13 negara yang telah memastikan tempat di turnamen tersebut.
Presiden FIFA Gianni Infantino, dalam Piala Dunia 2022 lalu di Qatar, sempat menegaskan bahwa partisipasi negara seperti Iran tidak boleh dikaitkan dengan konflik politik.
“Tanpa sepak bola yang menyatukan kita, seperti apa dunia ini?” ujarnya saat itu sebagaimana dilansir Beritasatu.com
“Ada 80 juta orang di Iran. Apakah mereka semua orang jahat?” tanyanya.
Namun, dalam situasi geopolitik saat ini, keputusan akhir tetap berada di tangan FIFA. Dunia kini menanti apakah federasi tertinggi sepak bola akan mengutamakan semangat sportivitas atau mengambil sikap tegas terhadap konflik bersenjata. (**)