SURABAYA, IDEA JATIM – Enam proyek lintas negara, mulai dari panel surya untuk pertanian hingga pemantauan kualitas air, rampung digarap di Surabaya, Gili Iyang, dan Sumenep.
Pencapaian tersebut sekaligus menutup rangkaian kegiatan <>Sustainable Energy and Green Technology Applications> (SEGTA) 2025 yang digelar oleh Fakultas Teknologi Maju dan Multidisiplin (FTMM) UNAIR.
-Advertisement-.
Acara penutupan berlangsung di Universitas Airlangga, Selasa (12/8/2025) dengan dihadiri oleh unsur pimpinan fakultas, dosen, serta peserta internasional dari berbagai negara.
Misi <>Community Development> dan <>Academic Outreach>
Wakil Dekan 3 Bidang Riset, Inovasi, Pengabdian Masyarakat, dan Kerjasama FTMM, Prof. Retna Apsari, menyebut SEGTA 2025 sukses menjalankan dua misi utama, yakni <>community development> dan <>academic> <>outreach>.
“Berbagai inovasi ini sudah kami terapkan di Pulau Gili Iyang dan Kalianget. Peserta juga mendapatkan kuliah akademik, mengikuti workshop di laboratorium, hingga praktik lapangan di Bromo untuk melihat langsung penerapan teknologi dalam pariwisata berkelanjutan,” ujar Prof. Retna, Selasa (12/8/2025).
Enam Topik Unggulan
Sepanjang pelaksanaan SEGTA 2025, program ini menyasar tiga lokasi utama: Surabaya, Gili Iyang, dan Sumenep. Ada enam topik community development yang menjadi fokus:
- Penerapan panel surya untuk pertanian
- Penanaman pohon kelapa dan pemupukan lahan
- Edukasi energi matahari
- Pemantauan kualitas udara
- Pembangunan solar shelter
- Pemanfaatan drone untuk mendukung pariwisata
Kegiatan tersebut sepenuhnya melibatkan kolaborasi lintas disiplin ilmu, menggabungkan penelitian, pengabdian masyarakat, dan inovasi teknologi ramah lingkungan.
Teknologi Pemantauan Udara di Gili Iyang
Salah satu capaian menonjol SEGTA 2025 adalah pemasangan teknologi real-time air quality monitoring di Pulau Gili Iyang, Sumenep.
Perangkat itu mampu mengukur kadar oksigen dan karbondioksida secara langsung, sehingga warga dapat mengetahui kondisi udara dan menjaga kelestarian lingkungan pulau yang dikenal dengan sebutan “Pulau Oksigen” tersebut.
“Data real-time membantu masyarakat sadar akan kondisi lingkungan dan mendorong langkah pelestarian,” ujar Agus Mukhlisin, dosen Prodi Teknik Elektro UNAIR.
Dukungan juga datang dari dokter Pustu Gili Iyang, dr. Madari, yang berharap program tersebut dapat berjalan secara berkelanjutan demi kesehatan masyarakat setempat.
Mendukung Tujuan Pembangunan Berkelanjutan
Sebagai program internasional tahunan, SEGTA bukan sekadar agenda rutin. Menurut Prof. Retna, kegiatan ini merupakan bagian dari misi UNAIR untuk mendukung pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs).
“Melalui SEGTA, kami ingin berkontribusi pada energi bersih, infrastruktur berkelanjutan, pengentasan kemiskinan, air bersih dan sanitasi, hingga kemitraan global. Kolaborasi ini memberi manfaat nyata bagi masyarakat dan lingkungan,” tuturnya.
Meski seremoni penutupan SEGTA 2025 digelar di Surabaya, adapun agenda lapangan yang berlangsung Kawasan Nasional Gunung Bromo Tengger Semeru pada 12–13 Agustus 2025.
Dengan berakhirnya SEGTA 2025, UNAIR berharap inovasi dan kolaborasi internasional yang sudah dijalankan dapat terus memberi dampak positif, khususnya di bidang energi dan teknologi hijau. (*)