SURABAYA, IDEA JATIM – Di bawah rimbunnya pepohonan, suara riuh rendah anak-anak terdengar memenuhi gang kecil di sebuah kampung yang terletak di jantung Kota Surabaya. Sebagian sibuk memperhatikan ikan-ikan yang berenang di kolam, sementara yang lain tampak serius mewarnai botol bekas dengan cat warna-warni.Â
Mereka adalah 33 siswa kelas 1 SD Cikal Surabaya yang datang ke Kampung Berseri Astra (KBA) Kampoeng Oase Ondomohen, Surabaya untuk belajar langsung tentang lingkungan dan keberlanjutan.
Didampingi tujuh guru pendamping, yakni Dina Islamah, Paramita Intan, Indrajaya Lucas, Amira Fadilah, Retno Catur, serta dua intern, Devi dan Haris, mereka diajak mengenal bagaimana sumber daya alam dapat dimanfaatkan secara bijak untuk menjaga keseimbangan lingkungan.
-Advertisement-.
Mengenal Siklus Alam dan Pengelolaan Sampah
Sejak tiba, anak-anak langsung diajak menjelajahi berbagai aktivitas di kampung ini. Mereka belajar tentang budidaya tanaman, pengelolaan ikan, hingga cara mengolah sampah agar lebih bernilai.
Indrajaya Lucas, salah seorang guru pendamping, menjelaskan bahwa kegiatan ini sangat relevan dengan topik pembelajaran di kelas, yaitu 3R (Reduce, Reuse, Recycle) dalam tema besar ‘Sharing the Planet’.
“Kebetulan di Kampoeng Oase Ondomohen ini, anak-anak bisa langsung melihat bagaimana sampah diubah menjadi barang yang lebih berguna. Mereka jadi belajar untuk lebih bertanggung jawab terhadap lingkungannya,” ujar Lucas saat dikonfirmasi pada Rabu (26/2/2025).
Anak-anak juga dikenalkan dengan maggot, larva kecil dari lalat berjenis Black Soldier yang digunakan sebagai pakan ikan. Meski awalnya ragu, lama-kelamaan mereka justru bersemangat memberi makan ikan dengan tangan mereka sendiri.Â
Tak hanya itu, mereka juga mencoba membuat ekobrik, sebuah metode kreatif untuk mengubah sampah plastik menjadi bahan bangunan seperti bata yang bisa dimanfaatkan menjadi tempat duduk, meja dan lainnya.
“Tadi anak-anak juga mengecat botol bekas untuk dijadikan pot, sekaligus belajar bagaimana plastik bisa dimanfaatkan kembali daripada langsung dibuang,” tambah Lucas.
Mendorong Tanggung Jawab Sejak Dini
Paramita Intan, guru lainnya, berharap kunjungan ini dapat menanamkan kebiasaan baik pada anak-anak dalam mengelola lingkungan.
“Kami ingin anak-anak lebih sadar akan tanggung jawab mereka terhadap lingkungan, mulai dari membuang sampah di tempatnya hingga memahami cara mendaur ulang barang bekas,” jelasnya.
Selain itu, Intan melihat bahwa konsep yang diajarkan di Kampoeng Oase Ondomohen sangat cocok diterapkan untuk berbagai jenjang pendidikan, tidak hanya kelas 1.
“Kami sangat merekomendasikan tempat ini untuk anak-anak dari berbagai jenjang, karena pembahasannya bisa disesuaikan dengan usia mereka,” ucap Intan.
Antusiasme Anak-Anak: Dari Menangkap Lele hingga Mewarnai Botol
Di antara semua kegiatan, menangkap ikan lele menjadi momen paling dinanti. Beberapa anak berteriak kegirangan saat ikan yang mereka tangkap meloncat ke sana-sini.
“Aku suka yang nangkep lele!” seru Langit, salah seorang siswa kelas 1 SD Cikal yang tampak bersemangat dengan tangan masih basah.
Sementara itu, Adrina, temannya, lebih menikmati aktivitas lain. Mungkin karena dirinya takut dengan ikan berkumis itu, Adrina lebih memilih kegiatan mewarnai botol yang ia susun menjadi sebuah pot.
“Kalau aku sukanya warnai botol buat jadi pot,” kata seorang Adrina, menunjukkan hasil karyanya yang kini berkilauan dalam corak cerah.
Menjelang siang, anak-anak mulai bersiap pulang. Namun, semangat mereka belum surut. Beberapa bahkan sudah berencana untuk kembali.
“Seneng! Mau balik lagi!” teriak mereka serempak.
Antara Rasa Bangga dan Tantangan
Kunjungan dari siswa SD Cikal ke Kampoeng Oase Ondomohen bukan sekadar wisata edukatif, tetapi juga menjadi bukti bahwa kampung ini memiliki potensi besar dalam pelestarian lingkungan. Bagi para kader dan pengelola, kedatangan sekolah bertaraf internasional ini menghadirkan rasa bangga sekaligus tantangan tersendiri.
Mus Mulyono, salah satu Kader Kampoeng Sayur Oase Ondomohen, mengungkapkan rasa syukurnya atas kunjungan ini.
“Kami patut berbangga karena sekolah sekelas SD Cikal mau berkunjung ke kampung kami. Ini menunjukkan bahwa lingkungan kami masih menjadi daya tarik untuk menambah wawasan tentang edukasi lingkungan, terutama dalam penerapan konsep 3R,” ujar pria yang akrab disapa Pak Mus.
Namun, ia mengakui bahwa menghadapi anak-anak usia dini dalam edukasi lingkungan memerlukan kesabaran ekstra.
“Insyaallah kami akan sabar dan menjaga betul. Karena mereka masih kecil, belum paham mana barang yang aman dan berbahaya. Bahkan untuk hal sederhana seperti cuci tangan, mereka perlu didampingi,” tambahnya.
Inovasi Kampung yang Menginspirasi
Sebagai Local Champion Kampung Berseri Astra (KBA) Oase Ondomohen, Adi Candra merasa kunjungan ini menjadi bukti bahwa kampung mereka semakin dipercaya sebagai destinasi edukasi lingkungan.
“Ini adalah kali kedua SD Cikal datang ke sini. Kalau sebelumnya kelas empat, sekarang yang lebih junior, kelas satu. Jumlahnya juga lebih banyak, 33 anak dengan tujuh guru pendamping,” kata Adi.
Dalam kunjungan ini, para siswa tidak hanya mengeksplor kampung, tetapi juga mempelajari berbagai inovasi yang telah dikembangkan di sana.
“Dari gapura saja, kampung kami sudah menggunakan energi terbarukan dengan solar cell. Lalu ada pengelolaan sampah organik menggunakan maggot, yang kemudian diolah menjadi pakan ikan,” jelas Adi.
Selain itu, kampung ini juga memiliki berbagai inovasi lain, mulai dari budidaya ikan dalam selokan, kolam gendong, hingga instalasi pengolahan air limbah yang menghasilkan air bersih. Anak-anak SD Cikal pun mendapatkan pengalaman unik dengan belajar membedakan jenis kelamin ikan lele jumbo yang dipelihara di selokan.
“Kami juga punya aneka tanaman, sayur, dan buah untuk ketahanan pangan kampung. Bahkan, ada budidaya ikan lele, nila, patin, mujair, hingga lobster,” tambahnya.
Adi berharap bahwa inisiatif ini tidak hanya dinikmati oleh SD Cikal, tetapi juga dapat menginspirasi sekolah-sekolah lain.
“Semoga ini bisa menjangkau sekolah-sekolah lain di Surabaya, Jawa Timur, bahkan Indonesia dan luar negeri. Yuk, ramai-ramai datang ke Kampoeng Wisata Edukasi Oase Ondomohen!” pungkasnya.
Dukungan dari Berbagai Pihak
Kegiatan ini juga mendapat dukungan dari berbagai pihak, termasuk Perkumpulan Pengelola Sampah dan Bank Sampah Nusantara (PERBANUSA) DPD I Jawa Timur, DPP Indonesian Fighter Tourism Association (IFTA) JELAJAH INDONESIA, Himpunan Penggiat Adiwiyata Indonesia (HIPAI) DPW Kota Surabaya, Yayasan Lestari Bumi Abadi (YLBA) Kota Surabaya, dan Kampoeng Oase Suroboyo Group.
Melalui kolaborasi seperti ini, pendidikan lingkungan menjadi semakin nyata dan menyenangkan bagi anak-anak. Sebuah langkah kebumi tetapi penting, untuk membangun kesadaran sejak dini akan pentingnya menjaga bumi. (*)