MALANG, IDEA JATIM – Konsep <>deep learning> atau pembelajaran mendalam diperkenalkan sebagai paradigma baru dalam lanskap pendidikan, yang mendorong guru untuk keluar dari zona nyaman. Hal ini menjadi fokus utama dalam Workshop Strategis Pendidik yang digelar oleh Muhammadiyah Boarding School (MBS) Al-Amin Putri Kepanjen.
Kegiatan bertema “Langkah Strategis Pendidik dalam Implementasi Pembelajaran <>Deep Learning>” ini, menghadirkan Arief Joko Suryadi, narasumber nasional yang menekankan bahwa pembelajaran mendalam bukan kurikulum baru, melainkan pendekatan konseptual yang menuntut transformasi menyeluruh dalam mindset guru di aula.
-Advertisement-.
“Pembelajaran mendalam adalah pendekatan sistemik yang menata ulang cara berpikir pendidik. Banyak guru yang belum keluar dari pola pikir stagnan dan inilah yang harus diintervensi,” ujar Arief, Senin (4/8/2025).
Melalui workshop ini, guru diajak merefleksi ulang posisi dan perannya dalam proses belajar. Arief menyoroti pentingnya transisi dari pola pikir tetap (<>fixed mindset>) menuju pola pikir tumbuh (<>growth mindset>) sebagai fondasi implementasi <>deep learning>.
“Guru tidak hanya pengajar, tetapi fasilitator pertumbuhan. Maka, mereka harus memahami kerangka pembelajaran, pengalaman belajar, prinsip pembelajaran, hingga dimensi profil lulusan,” imbuhnya.
Kerangka pembelajaran mencakup praktik pedagogis reflektif, pemanfaatan lingkungan dan teknologi, serta kemitraan strategis. Sementara pengalaman belajar peserta didik diarahkan untuk mampu memahami, mengaplikasikan, dan merefleksikan setiap proses yang dialami.
Prinsip pembelajaran mendalam juga harus mengutamakan kebermaknaan, kegembiraan, dan kesadaran. Dengan demikian, kegiatan belajar menjadi lebih hidup dan kontekstual.
“Akhir dari pembelajaran mendalam adalah terbentuknya peserta didik dengan mindset yang dinamis, yang terus tumbuh mengikuti perubahan zaman. Tapi itu harus dimulai dari kesadaran guru sendiri,” tegas Arief.
Workshop ini memperlihatkan urgensi pergeseran cara pandang dalam pendidikan, dari yang semula bersifat prosedural menjadi reflektif dan transformatif.
<>Deep learning >hadir bukan sebagai metode instan, melainkan sebagai kerangka filosofis baru bagi guru yang ingin melahirkan pembelajaran yang benar-benar berdampak. (*)