IDEA JATIM, MALANG – Inovasi kembali diciptakan oleh mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). Kali ini dari Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD). Mereka menciptakan sebuah media pembelajaran kreatif. Namanya,
Interactive Smart Box Explorer Map. Inovasi ini diterapkan di SDN Sukun 2 Kota Malang yang memiliki sembilan siswa slow learner.
“Kondisi ini diperparah dengan keterbatasan media pembelajaran yang sesuai untuk mereka. Nilai akademik rata-rata para siswa ini pun berada jauh di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 75,” ungkap Ketua Tim Mahasiswa, Fadhilah Aulia.
Selain itu, SDN Sukun 2 yang merupakan sekolah reguler belum memiliki guru pendamping khusus. Sehingga guru kelas menghadapi tantangan ganda dalam menyusun perangkat ajar yang bisa mengakomodasi kebutuhan siswa reguler dan slow learner secara bersamaan.

Menjawab tantangan tersebut, tim mahasiswa UMM merancang Interactive Smart Box Explorer Map. Media ini berbentuk sebuah kotak pintar tanpa tutup yang dasarnya dilukis menjadi peta tiga dimensi (3D) wilayah Jawa Timur.
“Dengan inovasi ini belajar materi Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial (IPAS), khususnya tentang peta, kini bukan lagi menjadi tantangan bagi siswa berkebutuhan khusus, terutama slow learner,” ungkapnya.
Cara kerja media ini cukup sederhana namun efektif. Pada peta 3D, setiap kota atau kabupaten ditandai dengan warna berbeda, dan kota spesifik ditandai dengan tutup botol berkode huruf, misalnya “M” untuk Malang. Terdapat pula miniatur 3D untuk elemen geografis seperti gunung. Untuk memandu siswa, disediakan flashcard yang menjelaskan arti dari setiap simbol dan komponen peta.
Keunggulan utama produk ini adalah desainnya yang menarik secara visual dan interaktif, sehingga proses belajar menjadi lebih efektif dan menyenangkan. Media ini juga dirancang fleksibel untuk dapat digunakan oleh siswa kelas 4 (fokus peta 3D) dan kelas 5 (memanfaatkan papan penjelasan peta Indonesia di sisi kotak).
Saat ini, proyek tersebut telah rampung 100 persen dan sudah diimplementasikan di SDN Sukun 2. Berdasarkan hasil uji coba melalui observasi langsung, media ini mendapatkan respons yang sangat positif. Para siswa slow learner menunjukkan peningkatan antusiasme dan ketertarikan yang signifikan saat belajar menggunakan smart box tersebut.
Meskipun evaluasi kuantitatif melalui pre-test dan post-test belum rampung dilaksanakan, dampak kualitatif yang terlihat jelas menjadi bukti keberhasilan awal program ini. “Harapan kami, media ini tidak hanya bermanfaat bagi sekolah, tetapi juga dapat memotivasi para guru ke depan agar tidak ada lagi pembedaan antara siswa reguler dan siswa berkebutuhan khusus dalam proses belajar,” ujarnya. (***)