Inovasi Tekkim Mengabdi UNEJ: Menyulap Limbah Puntung Rokok menjadi Biopestisida Ramah Lingkungan

JEMBER, IDEA JATIM – Limbah tembakau dan puntung rokok yang lazimnya terbuang justru diolah oleh mahasiswa Teknik Kimia Universitas Jember (UNEJ) menjadi biopestisida ramah lingkungan. 

Biopestisida ini memiliki nilai lebih dibandingkan pestisida kimia yang berisiko terhadap kesehatan dan lingkungan. Berbahan baku utama limbah, biopestisida ini lebih aman, murah, dan bisa diproduksi secara mandiri oleh petani. 

Mahasiswa Teknik Kimia UNEJ yang tergabung dalam tim Teknik Kimia Mengabdi (Tekkim Mengabdi) 2025 berupaya mengimplementasikan inovasinya kepada petani di Desa Jatian, Kecamatan Pakusari, Kabupaten Jember yang mayoritas petani tembakau.  Selain memberikan pelatihan pembuatan biopestisida, mahasiswa Tekkim UNEJ juga akan melakukan pendampingan pada petani selama setahun.

-Advertisement-.


Menurut Khoiron Nisya’ Ulfiani, ketua tim Tekkim Mengabdi 2025, inovasi ini  dilatarbelakangi oleh melimpahnya limbah tembakau pasca-panen. Selain itu, muncul kesadaran tentang bahaya penggunaan pestisida kimia terhadap lingkungan serta konsumen.

Inovasi ini memanfaatkan kandungan flavonoid, alkaloid, serta nikotin yang terdapat dalam tembakau dan rokok untuk mengendalikan hama tanaman. “Senyawa-senyawa tersebut mampu merusak sistem saraf, pencernaan, sekaligus menghambat pertumbuhan hama secara efektif tanpa meninggalkan residu berbahaya pada tanaman,” ungkap mahasiswi yang akrab disapa Ulfi ini.

Pilihan Desa Jatian sebagai lokasi untuk pilot project penerapan inovasi Biopestisida ini bukannya tanpa alasan. Menurut Ulfi, Limbah tembakau pascapanen dan puntung rokok di desa ini sangat melimpah. 

“Sebab, sebagian besar warga Desa Jatian adalah petani tembakau. Sehingga, bahan baku tidak menjadi kendala. Inovasi ini juga sekaligus mengurangi pencemaran akibat sampah rokok yang selama ini sulit ditangani,” tutur mahasiswa Tekkim UNEJ angkatan 2023 ini.

Pencampuran bahan limbah yang mudah ditemukan dan murah dapat mendukung sistem pertanian Desa Jatian, sehingga para petani memiliki pengetahuan baru akan pemanfaatan limbah yang mudah dan efektif membunuh hama tanaman.

Antusiasme Masyarakat Desa Jatian Ikuti Pelatihan Biopestisida 

Dosen Teknik Kimia UNEJ menjelaskan proses pembuatan biopestisida dari limbah tembakau dan puntung rokok. (Foto: dokumentasi Tekkim Mengabdi 2025) 

Pelatihan pembuatan biopestisida yang diikuti oleh 30 warga ini merupakan bagian dari program Tekkim Mengabdi 2025 ini digelar di Balai Desa Jatian, Kecamatan Pakusari, Kabupaten Jember, Rabu (6/8/2025) pagi.

Ansori, dosen Teknik Kimia UNEJ memaparkan proses pembuatan biopestisida. Bahan utamanya, puntung rokok dan limbah tembakau, dengan tambahan bahan pendukung berupa air dan etanol, serta menggunakan peralatan biomaserator untuk proses ekstraksinya. 

Dalam pemaparannya, Ansori menjelaskan langkah-langkah teknis mulai dari persiapan bahan baku, proses perendaman dan ekstraksi senyawa aktif nikotin dalam biomaserator, hingga tahap formulasi larutan biopestisida siap pakai. 

Biopestida ini, kata Ansori,  efektif dalam mengendalikan berbagai jenis hama tanaman, sekaligus memanfaatkan limbah yang berpotensi mencemari lingkungan. “Selain itu, biopestisida berbahan alami ini dinilai lebih aman bagi ekosistem dan dapat diproduksi secara mandiri oleh masyarakat desa, sehingga mengurangi ketergantungan terhadap pestisida kimia yang mahal dan berisiko terhadap lingkungan,” ujarnya.

Pelatihan ini disambut antusias oleh warga Jatisari. Kepala Desa Jatisari Seningwar menyatakan sangat senang dan berterima kasih mendapatkan bantuan dari program biopestisida dari Tekkim Mengabdi 2025 ini. 

Seningwar mengaku, pernah mengikuti pelatihan serupa, namun banyak keunggulan dari inovasi ini. Dulu, dia pernah mengikuti pelatihan inovasi limbah tembakau untuk biopestisida, namun perendaman limbah dalam biomasearator sampai berminggu-minggu. Sementara, inovasi dari Tekkim Mengabdi ini, hanya 2-3 hari. “Selain itu, biopestisida ini juga membunuh hama dengan lebih cepat. Kami coba dalam 1,5 jam, ulat grayak sudah mati,” katanya

Teknis Pembuatan Biopestisida 

Setelah sesi pemaparan materi, kegiatan dilanjutkan demonstrasi pembuatan biopestisida menggunakan biomaserator berkapasitas 250 liter. Dalam penjelasannya, tim Teknik Kimia Mengabdi 2025 memaparkan bahwa untuk memproduksi 10 liter biopestisida diperlukan bahan utama berupa limbah tembakau dan limbah puntung rokok dengan perbandingan 7:3, yaitu 770 gram limbah tembakau dan 330 gram limbah rokok. Sebagai pelarut, digunakan etanol 98% sebanyak 1 liter dan air sebanyak 9 liter. Perbandingan ini disampaikan sebagai panduan bagi petani untuk produksi skala besar di kemudian hari.

Pada sesi praktik lapangan, tim Teknik Kimia Mengabdi 2025 menampilkan proses pembuatan dalam skala kecil sebagai contoh langsung kepada masyarakat Desa Jatian. Pembuatan contoh ini dilakukan dengan total volume 100 ml larutan, yang terdiri dari 10 ml etanol 98% dan 90 ml aquadest, ditambah bahan utama berupa 7,7 gram limbah tembakau dan 3,3 gram limbah rokok. Setelah demonstrasi, dua unit biomaserator diserahkan secara simbolis kepada perwakilan kelompok tani, disertai ucapan terima kasih dari Ketua Kelompok Tani yang menyampaikan harapan agar alat tersebut dapat dimanfaatkan secara optimal untuk mendukung pertanian berkelanjutan di Desa Jatian.

Sebagai tindak lanjut program pelatihan, menurut Khoirun Nisya’ Ulfiani, pihaknya merencanakan untuk melakukan monitoring rutin terhadap produksi biopestisida setiap bulan selama satu tahun kedepan. 

“Monitoring atau pemantauan ini dilakukan untuk memastikan keberlanjutan pasca pelatihan yang dilakukan di Desa Jatian dan membantu para petani untuk memaksimalkan produk biopestisida bila diperlukan melewati bimbingan maupun monitoring alat yang digunakan secara langsung,” katanya.

Pelatihan ini tidak hanya memberikan solusi bagi para petani Desa Jatian, namun dapat menjadi awal baru untuk mulai memanfaatkan limbah yang ada di sekitar, sehingga dapat menjadi produk yang lebih bermanfaat contohnya seperti biopestisida. Dengan adanya pelatihan dari tim mahasiswa Teknik Kimia UNEJ, diharapkan para petani dapat ikut berperan aktif dalam kesadaran mengenai pentingnya peralihan dari pestisida kimia ke pestisida alami atau biopestisida. Inisiatif pelatihan ini juga menunjukkan peran aktif mahasiswa dan akademisi dalam memberikan solusi serta dampak nyata terhadap permasalahan yang dihadapi masyarakat sekitar. (**)

-Advertisement-.

IDJ