ITS Bentuk CSIRT, BSSN: “Jadi Pemicu Pembentukan Forum Keamanan Siber di Jatim”

SURABAYA, IDEA JATIM – Dalam era digital yang serba cepat, ancaman siber menjadi tantangan yang terus meningkat, mengharuskan setiap institusi yang mengelola sistem elektronik untuk memiliki strategi pencegahan dan penanggulangan insiden. 

Insiden siber dapat berben seperti peretasan, kebocoran data, hingga serangan ransomware tidak hanya merugikan secara finansial tetapi juga mengancam kestabilan operasional organisasi. 

-Advertisement-.


Sebagai langkah konkret untuk merespons ancaman ini, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) telah meresmikan Computer Security Incident Response Team (CSIRT) pada Rabu (20/11/2024) kemarin.

Menanggapi hadirnya CSIRT ITS itu, Deputi Bidang Keamanan Siber dan Sandi Pemerintahan dan Pembangunan Manusia BSSN, Sulistyo, menyampaikan pentingnya pembentukan tim tersebut sebagai bagian dari upaya sistematis untuk meningkatkan ketahanan siber di kawasan Jawa Timur. 

“ITS menjadi salah satu perguruan tinggi di Indonesia yang resmi memiliki Tim Tanggap Insiden atau CSIRT, setelah melalui proses pendampingan dari BSSN untuk menyiapkan sumber daya manusia, teknologi, dan tata kelola yang diperlukan,” ujar Sulistyo, Kamis (21/11/2024).

Menurut Sulistyo, pembentukan CSIRT di ITS adalah bagian dari komitmen BSSN dalam menciptakan lingkungan siber yang lebih aman. CSIRT bertugas tidak hanya untuk menangani insiden siber ketika terjadi, tetapi juga untuk melakukan langkah-langkah pencegahan, seperti peningkatan literasi keamanan, pengujian risiko, dan simulasi insiden. 

“Ini ibarat latihan menghadapi kebakaran, sehingga ketika insiden siber terjadi, kita sudah siap dengan langkah-langkah mitigasi yang tepat,” jelasnya.

Sulistyo juga mengungkapkan harapannya agar ITS, sebagai pusat keunggulan teknologi di Jawa Timur, dapat mendorong terbentuknya forum Tim Tanggap Insiden di seluruh Provinsi Jawa Timur. 

Forum tersebut diharapkan melibatkan berbagai pemangku kepentingan, mulai dari Dinas Komunikasi dan Informatika (Kominfo) provinsi dan kabupaten/kota, hingga sektor kesehatan dan swasta. 

“Dengan adanya forum ini, informasi keamanan siber dapat lebih mudah dibagikan, dan dukungan antar wilayah, baik berupa sumber daya manusia maupun teknologi, dapat dilakukan dengan lebih cepat dan efisien,” tambahnya.

Lebih lanjut, Sulistyo menekankan bahwa CSIRT bukanlah jaminan mutlak untuk menghindari insiden siber, namun fokusnya adalah pada respons yang cepat dan efektif. 

“Kita tidak pernah bisa menghilangkan risiko serangan siber sepenuhnya, tapi kita bisa mengurangi dampaknya dengan memiliki tim yang terlatih dan patuh pada standar keamanan yang ditetapkan,” ujarnya. (*)

-Advertisement-.

IDJ