SAMPANG, IDEA JATIM – Kesibukannya sebagai guru sekaligus Penjabat (Pj) Kepala Desa (Kades) Batuporo Barat, Kecamatan Kedungdung, tidak membuat Achmad Fauzan Ali meninggalkan hobinya di bidang literasi.
Bahkan di tengah kesibukannya, guru Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 3 Sampang itu masih mampu berkarya dan menulis puluhan buku. Dari puluhan karya bukunya itu ada yang solo buku.
-Advertisement-.
Salah satu dari deretan karyanya yaitu buku tentang kebutuhan siswa. Yakni berjudul <>Penerapan PowerPoint Interaktif Berbasis Visual Basic (Macro-Enable Presentation) dengan Edmodo>.
Karya buku lainnya yang memuat pengetahuan serupa yaitu <>Penerapan Video Pembelajaran Menggunakan PowerPoint Interaktif dengan Screencast O’Matic (SOM).>
Kemudian ada juga buku berjudul <>Penggunaan Game Edukasi Berbasis PowerPoint untuk Meningkatkan Motivasi dan Minat Belajar Siswa, Inovasi Video Pembelajaran, Tutorial – How To?>
Achmad Fauzan juga sempat menulis buku tentang pengetahuan teknologi informasi khusus siswa SMP berjudul <>Diktat Teknologi Informasi dan Komunikasi SMP Kelas VII Semester 1 dan 2.>
Selain itu, Achmad Fauzan juga berbakat dalam menciptakan antologi puisi dan cerita pendek (cerpen). Yakni antologi puisi <>Merajut Asa >dan dua antologi cerpen: <>Ketika Aku Jatuh Cinta >dan <>Cinta Sunyi>.
“Dalam antologi cerpen ini ada judul ‘Prahara Cinta.’ Itu pernah dapat penghargaan nasional,” ucap pria berusia 49 itu, Sabtu (22/3/2025).
Achmad Fauzan juga menciptakan karya buku sastra hasil kolaborasi, antara lain antologi puisi: <>Memungut Tapakmu>, <>Menenun Rinai Hujan>, <>Romansa Menunggu>, dan <>Sebelum Hilang Waktu>.
Selain menciptakan antologi puisi, ayah tiga anak itu juga menciptakan dua buku antologi Cerpen Tiga Paragraf (Pentigraf) berjudul <>Dari Pledoi hingga Ajal Menjemput >dan <>Sad Story of Love>.
Tidak hanya itu, Achmad Fauzan juga masih sempat menciptakan beberapa karya buku antologi artikel. Antara lain: <>Pejuang Literasi, The Power Of Kepekso>, dan <>Kurikulum Ngumpet>.
Menariknya, Achmad Fauzan bisa menciptakan banyak karya buku bukan karena dia kebanyakan waktu, melainkan karena dia sering tidak bisa tidur. Insomnia itu yang dia manfaatkan untuk menulis buku.
“Saya memanfaatkan insomnia dengan berkarya,” ucap pria lulusan Sekolah Tinggi Teknologi Probolinggo tahun 2005 itu.
Bakat menulisnya memang ada sejak muda. Namun untuk mengasah kemampuan menulisnya, dia bergabung dengan beberapa komunitas. Seperti Media Guru dan Komunitas Belajar Menulis (KBM).
“Di komunitas itu ada koreksi setiap harinya. Jadi setiap karya ada perbaikan. Itu menambah wawasan,” terang Achmad Fauzan.
Setiap melakukan apa pun, Achmad Fauzan selalu bersungguh-sungguh. Terutama dalam menjalani tugasnya sebagai guru dan Pj kades. Termasuk dalam menggeluti hobi menulisnya.
Achmad Fauzan terus memupuk bakatnya. Hal itu dilakukan dengan mengikuti banyak seminar dan berbagai pelatihan. Mulai dari pelatihan menulis dan editor, hingga pelatihan <>public speaking>.
Saat ini, dia tengah menyelesaikan tulisan tentang perjalanan hidupnya sendiri. Dia sedang menggarap sebuah karya autobiografi. Menurut dia, perjalanan hidupnya cukup unik dan penuh lika-liku.
“Kalau kata anak muda jaman sekarang, perjuangan hidup saya itu sampai berdarah-darah,” ucapnya.
Menurut Achmad Fauzan, karya autobiografi sangat diperlukan dan berguna untuk generasi mendatang. Terutama untuk anak-anaknya nanti. Sehingga tahu perjalanan dan perjuangan orang tuanya.
“Anak itu tidak cukup hanya melihat dan mendengarkan, tetap harus membaca,” tuturnya.
Meski telah menciptakan berbagai macam karya buku, namun Achmad Fauzan tidak tertarik untuk mengomersialkan buku-bukunya. Dia hanya ingin mengoleksi bukunya sendiri di rumahnya.
“Kecuali ada teman butuh, saya ambilkan. Kalau habis saya terbitkan lagi. Memang tidak ada niat untuk menjual. Kecuali itu keinginan penerbit sendiri,” ungkapnya.
Meski sibuk sebagai guru pegawai negeri sipil (PNS) dan sebagai Pj kades, baginya tidak ada waktu yang berjalan sia-sia. Setiap ada waktu kosong, dia tetap menyempatkan diri untuk menulis.
“Karena kegelisahan saya terhadap waktu itu, sehingga menarik bagi saya untuk dijadikan buku autobiografi,” pungkasnya. (*)