SURABAYA, IDEA JATIM – Setiap tahun, berbagai sekolah di Surabaya sibuk mempersiapkan murid-murid terbaik mereka untuk mengikuti sebuah ajang yang tak biasa, yaknk Pangeran dan Putri Lingkungan Hidup, atau lebih dikenal dengan Pangput LH. Tapi pertanyaannya, apa sebenarnya Pangput LH itu?
Ajang Duta Lingkungan Berbasis Aksi
Bukan kontes kecantikan. Bukan pula lomba akademis biasa. Pangput LH adalah ajang seleksi duta lingkungan hidup yang digagas oleh LSM Tunas Hijau sejak tahun 2002, dan kini telah menjadi agenda tahunan resmi di bawah kerja sama dengan Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Dinas Lingkungan Hidup, serta Pemerintah Kota Surabaya.
Pangput LH terbuka bagi siswa SD dan SMP se-Surabaya. Namun untuk menyandang gelar Pangeran atau Putri Lingkungan, para peserta tak cukup hanya berwacana, mereka harus merancang dan menjalankan proyek lingkungan yang benar-benar berdampak.
Durasi seleksi berlangsung sekitar tiga bulan, di mana peserta mengelola proyeknya langsung di lingkungan masing-masing. Di tengah proses itu, mereka juga melakukan edukasi publik, pendekatan ke masyarakat, hingga presentasi terbuka.
Calon Pangput LH 2025 SDN Kaliasin I SurabayaÂ
Sebagai salah satu sekolah langganan Pangput LH, SDN Kaliasin I Surabaya kembali mengirimkan calon terbaiknya tahun ini. Mereka adalah Qaireen Nabila Mandagi dari kelas 5B, dan Erhan Surya Pramudya dari kelas 4C. Keduanya mengusung proyek yang unik dan praktis.
Qaireen dan Proyek Daur Ulang Sampah Plastik
Melihat banyaknya plastik yang terbuang sembarangan, Qaireen memutuskan untuk membuat perubahan lewat proyek daur ulang sampah non-organik.
“Aku bikin bantal sofa dari bungkus makanan ringan. Sampah plastik bisa jadi barang bagus kok,” ujar Qaireen antusias, Senin (14/7/2025).
Di rumah dan di sekolah, ia juga rutin memilah sampah. Aksi ini bukan hal baru baginya, karena Qaireen sebelumnya sudah pernah menembus 10 besar lomba Asa Terampil se-Surabaya, dan meraih piagam dari Wali Kota.
“Kalau aku terpilih jadi Putri Lingkungan, aku pengin ngajak lebih banyak orang biar nggak buang plastik sembarangan. Bisa diolah, bisa dijual,” tambahnya.
Erhan dan Proyek Budidaya Maggot
Berbeda dari Qaireen, Erhan memilih topik yang mungkin membuat sebagian orang bergidik: budidaya maggot. Tapi justru di situlah letak kekuatannya.
“Aku pilih maggot karena fungsinya banyak, bisa untuk makan sampah organik cepet banget. Terus gitu juga bisa buat pakan lele juga,” kata Erhan sambil tersenyum.
Dengan proyek tersebut, Erhan menargetkan pengolahan hingga 1.000 kilogram sampah organik. Ia juga sudah aktif melakukan sosialisasi ke warga dan membantu pengadaan tong komposter di sekolah maupun kampung sekitar.
“Aku udah ajak warga buat coba. Banyak yang ternyata mau juga. Aku sering ngobrol ke warga buat jelasin soal maggot,” jelasnya.
SDN Kaliasin I Surabaya Konsisten Cetak Duta Lingkungan
Menurut Kepala Sekolah Sastro, SDN Kaliasin I bukan pendatang baru dalam ajang Pangput. Justru sebaliknya, sekolah tersebut termasuk langganan juara.
“Program ini merupakan agenda tahunan yang rutin kita ikuti. Anak-anak kami dibimbing untuk menjalankan proyek lingkungan secara nyata, lalu berkompetisi untuk menjadi duta. Selama lima tahun terakhir, sekolah kami hampir selalu lolos dan mencetak juara,” tuturnya.
Ia juga menekankan bahwa keterlibatan dalam Pangput bukan soal menang-kalah, melainkan pembentukan karakter anak sejak dini, agar sadar lingkungan dan menjadi pemimpin kecil di lingkungannya masing-masing.
Dengan begitu, ajang Pangput LH bukan sekadar lomba tahunan, tapi ruang tumbuh bagi anak-anak Surabaya untuk belajar memimpin, peduli, dan bertindak nyata bagi lingkungan. Dari tangan kecil mereka, harapan besar tentang bumi yang lebih lestari bisa dimulai. (*)