BONDOWOSO, IDEA JATIM – Prestasi Kabupaten Bondowoso dalam ajang Porprov Jatim IX tahun 2025, mendapat sorotan dari berbagai pihak. Bahkan, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) setempat, mengundang KONI untuk menindaklanjuti merosotnya prestasi tersebut.
Bondowoso, berada pada peringkat kedua paling buncit dari 38 kota/kabupaten se Jawa Timur. Meraih skor 27, kontingen Bondowoso hanya mampu menyumbangkan 3 medali emas, 4 perak dan 7 perunggu.
Posisi ini terpaut 5 poin di atas Kabupaten Trenggalek yang mengoleksi 22 poin dan menjadi kabupaten paling buncit dengan perolehan 3 medali emas, 3 medali perak dan 4 medali perunggu.
Ketua KONI Bondowoso, Noer Soetjahjono usai pertemuannya dengan DPRD Bondowoso mengatakan, undangan secara kelembagaan dari DPRD yang mempertemukan KONI, Cabor dan Disparbudpora Bondowoso, merupakan hal pertama sejak dia menjadi ketua.
“Saya apresiasi pertemuan yang digelar di gedung dewan ini. Pertemuan ini menjadi kebanggaan bagi kami. Sehingga semua bisa sama-sama mengetahui kondisi internal seperti apa,” ungkapnya kepada sejumlah wartawan, Senin (14/7/2025).
Pada Porprov IX Bondowoso, KONI hanya mengirim 24 cabang olahraga (cabor). Dengan capaian 14 medali, meski berada di klasemen nomor dua terbawah, prestasi ini dianggap oleh ketaaua KONI sebuah peningkatan.
“Mau peringkat 10 besar gak bisa, karena di Porprov kali ini ada 78 cabor yang dipertandingkan. Sementara kita (Kontingen Bondowoso) hanya ngirim 24 cabor,” jelasnya.
Dikonfirmasi terkait keluhan anggaran dari cabor, dia tak banyak komentar. Dia hanya menjelaskan semua berdasarkan anggaran hibah yang diberikan oleh Pemkab Bondowoso. Selain diberikan kepada cabor, anggaran itu juga digunakan untuk anggaran operasional KONI.
“Mau gimana lagi, usulan dari kami Rp 3,5 miliar, malah yang diberikan hanya Rp900 juta,” pungkasnya.
Sementara itu, Ketua Komisi III DPRD Bondowoso, Sutriono, menegaskan, pertemuan ini mengungkap berbagai persoalan mendasar, mulai dari minimnya sarana dan prasarana, lemahnya tata kelola organisasi, hingga kurangnya sumber daya manusia dan terbatasnya anggaran.
“Pertemuan ini juga berhasil mencairkan hubungan antara KONI, Disparbudpora, dan para cabor,” ungkapnya.
Nantinya, Bondowoso membutuhkan desain besar pembangunan olahraga yang lebih serius, terutama dengan rencana pembangunan Sport Center yang sedang disiapkan oleh Pemkab.
“Kami butuh masukan dari semua pihak untuk menyukseskan ini,” ujar politisi PKB ini.
Dalam kesempatan yang sama, Disparbudpora Bondowoso, Mulyadi, menyatakan yang terpenting saat ini adalah membangun sinergi demi kemajuan olahraga daerah.
Ia menyebut Musyawarah Daerah (Musda) KONI yang akan digelar dalam waktu dekat sebagai momen penting untuk pembenahan internal.
“Sesuai harapan para ketua cabor, mereka harus dilibatkan dalam perencanaan,” tandasnya. (*)