SMA Katolik Frateran Surabaya Jadi Rujukan Madagaskar untuk Pengembangan Guru

SURABAYA, IDEA JATIM – Pendidikan yang berkualitas tak hanya bergantung pada kurikulum atau fasilitas, tetapi juga pada sosok guru yang berkompeten dan berkarakter. Prinsip inilah yang menjadikan SMA Katolik Frateran Surabaya sebagai model pengembangan sumber daya guru, hingga menarik perhatian Kementerian Pendidikan Madagaskar.

Kunjungan tersebut adalah yang kedua kalinya dilakukan oleh delegasi Madagaskar, mereka datang untuk mendalami lebih lanjut strategi dan program Frateran dalam meningkatkan kapasitas para guru. 

Setelah kunjungan pertama pada Juli 2023, kali ini mereka fokus pada pengelolaan sumber daya manusia yang dinilai menjadi salah satu kunci keberhasilan pendidikan di sekolah tersebut.

Menurut Fr. Wilhelmus S. Sura, Kepala SMA Katolik Frateran Surabaya, pendidikan yang baik dimulai dari tenaga pengajar yang kompeten. Oleh sebab itu, sekolah menerapkan pendekatan holistik dalam proses perekrutan dan pengembangan guru.

Saat merekrut guru, kami tidak hanya mencari mereka yang pintar secara akademis, tetapi juga yang memiliki nilai-nilai yang sejalan dengan sekolah. Oleh karena itu, kami menggunakan tes kepribadian DISC untuk menilai kecocokan karakter calon guru dengan budaya sekolah kami,” ungkap Fr. Wilhelmus, saat dikonfirmasi pada Senin (16/12/2024).

Bagi Kepala SMAK Frateran yang akrab disapa William itu, langkah ini memastikan bahwa guru tidak hanya mengajar, tetapi juga mampu menjadi panutan bagi siswa dalam membangun karakter mereka.

Selain memperketat rekrutmen, Frateran memberikan perhatian besar pada pengembangan karier guru. Stephanus Sulistyantoro, Wakil Kepala Kurikulum SMAK Frateran Surabaya, menjelaskan bahwa sekolah menyediakan program beasiswa penuh bagi guru yang ingin melanjutkan pendidikan ke jenjang magister (S-2).

“Hingga saat ini, 20 dari 64 guru kami telah menyelesaikan pendidikan S-2, dan kami menargetkan seluruh staf akademik mencapai jenjang ini pada tahun 2025,” jelas Stephanus.

Selain itu, Frateran secara rutin mengadakan workshop, seminar, dan membentuk komunitas belajar untuk meningkatkan kompetensi guru. Semua program ini dirancang agar guru selalu siap menghadapi tantangan dunia pendidikan yang terus berkembang.

“Bagi kami, pendidikan adalah investasi jangka panjang. Jika kualitas guru meningkat, maka pendidikan secara keseluruhan akan ikut terangkat,” tambahnya.

Di sisi lain, Robson Patricia, Sekretaris Jenderal Kementerian Pendidikan Madagaskar, mengungkapkan bahwa negaranya masih menghadapi banyak tantangan dalam pengembangan sumber daya guru. 

Rendahnya kualitas tenaga pengajar, minimnya akses pendidikan tinggi, dan kurangnya pelatihan menjadi hambatan utama dalam membangun sistem pendidikan yang berkualitas di Madagaskar.

“Kami datang ke SMA Katolik Frateran Surabaya untuk belajar bagaimana mereka berinvestasi pada guru. Kami terinspirasi oleh pendekatan mereka yang tidak hanya fokus pada pelatihan teknis, tetapi juga pengembangan karakter dan pendidikan lanjutan,” ujar Robson.

Delegasi Madagaskar juga menyampaikan kesan mendalam atas sambutan hangat yang diberikan oleh sekolah. 

“Kami berharap dapat mengadaptasi beberapa strategi yang diterapkan di sini untuk membangun sistem pendidikan yang lebih baik di Madagaskar. Ini adalah langkah awal untuk perubahan besar di negara kami,” tambahnya.

Kunjungan ini menjadi bukti nyata bahwa Indonesia mampu menjadi rujukan global dalam bidang pendidikan. Dengan fokus pada pengembangan guru yang berkelanjutan, SMA Katolik Frateran Surabaya tidak hanya menciptakan tenaga pengajar yang unggul, tetapi juga membuka pintu kolaborasi internasional.

Fr. Wilhelmus menutup dengan pesan penting: “Guru adalah ujung tombak pendidikan. Jika kita ingin menciptakan generasi masa depan yang hebat, kita harus mulai dengan membangun guru-guru yang hebat. (*)