Surabaya Dorong Kesetaraan Digital bagi Disabilitas Lewat Workshop AI

SURABAYA, IDEA JATIM – Di tengah pembangunan fisik dan digital yang kian pesat, inklusivitas menjadi salah satu tantangan utama kota-kota besar di Indonesia. Surabaya, sebagai salah satu kota metropolitan, perlahan namun pasti mulai menegaskan perannya sebagai kota yang ramah disabilitas. 

Komitmen itu tidak hanya tercermin dalam kebijakan pemerintah daerah, tetapi juga dalam gerakan kolaboratif dari institusi pendidikan, masyarakat sipil, dan komunitas penyandang disabilitas.

-Advertisement-.


Salah satu langkah konkret dalam mendukung visi tersebut disajikan oleh Petra Christian University (PCU) yang menyelenggarakan workshop inklusif bertajuk “Menuju Masa Depan yang Inklusif: Workshop Artificial Intelligence (AI) bagi Orang dengan Disabilitas untuk Pendidikan, dan Pekerjaan”. 

Gunawan Tanuwidjaja, dosen pengampu mata kuliah Disability Studies and Empowerment di PCU menjelaskan bahwa kegiatan tersebut sengaja dirancang sebagai ruang belajar sekaligus pemberdayaan teknologi bagi penyandang disabilitas.

“Para peserta, utamanya penyandang disabilitas, diperkenalkan berbagai aplikasi AI yang dapat mendukung kemandirian dan kualitas hidup di berbagai aspek kehidupan,” kata Gunawan, Kamis (24/4/2025).

Workshop yang digelar di Ruang W.303, Gedung Radius Prawiro, Kampus PCU ini menghadirkan 70 peserta, termasuk 37 mahasiswa lintas program studi yang sedang mengikuti mata kuliah <>Disability Studies and Empowerment.

Selain itu, turut hadir pula siswa dari SLB (Sekolah Luar Biasa) serta perwakilan dari sejumlah dinas dan lembaga pendukung disabilitas.

Diselenggarakan oleh Departemen Mata Kuliah Umum PCU bekerja sama dengan Perpustakaan PCU, kegiatan ini menjadi contoh praktik nyata integrasi nilai inklusi ke dalam sistem pendidikan tinggi. 

Workshop dikemas dalam sesi interaktif, demonstrasi langsung, serta diskusi, agar peserta tidak hanya memahami teknologi, tetapi juga mampu menggunakannya secara aktif.

Dalam sesi praktik, peserta dikenalkan dengan Envision AI, sebuah aplikasi yang dirancang untuk membantu tunanetra membaca teks, baik dari buku pelajaran, papan tulis, hingga dokumen digital.

Peserta juga diajak menulis cerita dengan ChatGPT, sebagai sarana ekspresi dan pelatihan literasi digital inklusif.

“Salah satu tantangan utama dalam pendidikan inklusif adalah akses terhadap informasi dan materi pembelajaran yang sesuai. Di sini, teknologi AI dapat membantu mewujudkan kesamaan hak dan kesempatan itu,” tambah Gunawan.

Menambah bobot acara, hadir pula Eka Prastama Widiyanto, selaku Komisioner Komisi Nasional Disabilitas (KND). KND merupakan lembaga non-struktural yang berfungsi menjaga dan memperjuangkan hak-hak penyandang disabilitas di Indonesia.

“Saya mengapresiasi inisiatif ini karena membuka ruang dialog nyata tentang bagaimana AI bisa mendukung inklusi dan kemandirian penyandang disabilitas, baik di dunia pendidikan maupun pekerjaan,” kata Eka.

Di akhir acara, dilakukan penandatanganan <>Memorandum of Understanding (MoU) antara PCU, KND, beberapa LSM, dan sekolah disabilitas. Kolaborasi ini diharapkan menjadi tonggak awal dari kerja sama berkelanjutan di bidang literasi digital dan pemberdayaan berbasis teknologi.

“KND saat ini juga tengah mengembangkan literasi digital bersama BENETECH, dan saya berharap kolaborasi seperti ini dapat diperluas agar semakin banyak saudara-saudara disabilitas yang mendapatkan akses dan kesempatan yang setara,” tutup Eka. (*)

-Advertisement-.

IDJ