SURABAYA, IDEA JATIM – Di tengah larangan penyelenggaraan wisuda bagi siswa SD, SMP, dan SMA/SMK di luar lingkungan sekolah atau dengan konsep yang mewah, SMAN 9 Surabaya menggelar acara pelepasan siswa kelas 12 secara sederhana namun tetap penuh makna.
Acara pelepasan sekolah yang terletak di jantung Kota Pahlawan itu berlangsung di lingkungan sekolah, para siswa tampak mengenakan seragam sekolah biasa dengan didamping oleh wali murid.
Kebijakan Dinas Pendidikan Jawa Timur
Sebelum, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur (Dindik Jatim) telah mengeluarkan Surat Edaran Nomor 000.1.5/1506/101.5/2025 yang melarang penyelenggaraan wisuda atau purnawiyata di jenjang SMA, SMK, dan SLB.
Kebijakan tersebut merupakan tindak lanjut dari sirat edaran Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) yang bertujuan untuk mencegah beban finansial tambahan bagi orang tua dan mendorong pelaksanaan kegiatan yang lebih esensial dan berfokus pada prestasi tanpa unsur komersialisasi.
Hasil Diskusi Semua Pihak
Di SMAN 9 Surabaya, acara pelepasan dilaksanakan dalam dua sesi karena keterbatasan kapasitas ruang. Para siswa hadir dengan seragam sekolah lengkap, duduk berdampingan bersama wali murid di ruang aula sekolah.
M. Fadloli, Kepala SMAN 9 Surabaya, menyatakan bahwa kegiatan tersebut lahir dari hasil komunikasi antara pihak sekolah, guru, dan perwakilan siswa, sebagai bentuk penyesuaian terhadap kebijakan provinsi.
“Kegiatan hari ini adalah pelepasan dan penyerahan siswa kepada wali murid. Setelah ada kebijakan dari dinas, kami langsung koordinasi dan menyesuaikan semuanya. Alhamdulillah, meskipun ada dinamika awalnya, semua bisa memahami dan mendukung,” kata Fadloli, Jumat (9/5/2025).
Rangkaian kegiatan meliputi pembacaan doa, sambutan dari kepala sekolah, pemberian pesan dan kesan dari siswa dan guru, hingga penghargaan bagi siswa berprestasi baik akademik maupun non-akademik.Â
Tak hanya itu, pihak sekolah bahkan juga menyediakan booth foto sederhana di halaman sekolah agar siswa dan keluarga tetap dapat mengabadikan momen kelulusan tanpa harus menyewa jasa eksternal.
“Kami tetap memberikan apresiasi kepada anak-anak yang berprestasi. Ada piagam penghargaan untuk mereka. Sepanjang untuk kebaikan anak-anak, sekolah berupaya memfasilitasi, baik dalam bentuk kelonggaran belajar maupun dukungan prestasi,” ujarnya.
Prestasi Tetap Dapat ApresiasiÂ
Salah satu siswa berprestasi yang turut dilepas adalah Firial Kahila Ayu Rahma, atlet karate yang telah mengharumkan nama sekolah di tingkat nasional. Ia menyambut baik konsep sederhana yang diterapkan oleh sekolahnya dan menilai esensi perpisahan tetap terasa.
“Bagus sih, karena kita tetap punya momen terakhir sama teman-teman. Saya sendiri senang,” kata Firial.
Firial sendiri berhasil diterima di UNESA lewat jalur Seleksi Nasional Berdasarkan Prestas (SNBP) karena prestasi dan nilai akademiknya. Ia pernah meraih juara 2 nasional Kejurnas Forki di Tangerang dan best of the best di Piala Panglima UNESA.Â
“Saya sendirian kaget saat tahu bahwa saya keterima, karena dulu saya sering absen untuk ikut lomba. Jadi sekolah sangat mendukung dan saya juga dibantu konsultasi juga soal jurusan. Awalnya pilih Psikologi, tapi akhirnya ganti ke Pendidikan Olahraga dan diterima,” ujarnya.
Lebih Sederhana, Tetap Bermakna
Bukan hanya siswa, wali murid juga merasakan kesan positif dari penyelenggaraan yang sederhana itu. Laili, kakak dari salah satu siswa yang hadir mewakili orang tua yang sedang sakit, menilai acara pelepasan di SMAN 9 lebih tepat untuk level pendidikan SMA.
“Alhamdulillah masih bisa hadir dan acaranya menarik sih, karena bagi saya kalau untuk SMA, lebih suka acara seperti ini. Gak ribet, gak perlu sewa baju, tapi tetap bermakna,” kata Laili.
Ia juga menyampaikan bahwa kesederhanaan acara tak mengurangi rasa bangga atas capaian seluruh siswa termasuk adiknya, justru menambah nilai keikhlasan dan kehangatan dalam perpisahan.
Dengan acara yang tetap terarah dan bermakna, SMAN 9 Surabaya menunjukkan bahwa kesederhanaan bukan berarti kehilangan kualitas. Nilai-nilai edukatif tetap dijaga, siswa tetap dihormati, dan orang tua tetap dilibatkan secara emosional tanpa beban finansial.
Kegiatan seperti itu menunjukkan bahwa kebijakan dari Dinas Pendidikan setempat tetap bisa diterapkan tanpa harus mengorbankan keinginan para siswa untuk mendapatkan momen terakhir bersama teman-teman mereka. (*)