– Pendidikan santri di era modern tidak lagi terpaku pada metode konvensional di ruang kelas. Seiring perubahan zaman, pendekatan baru yang menyentuh aspek mental, sosial, hingga ekologis kini mulai diterapkan.
Menurut Wali Kota Batu Nurochman, pendidikan karakter di luar kelas kini menjadi kebutuhan. Bukan sebatas pelengkap. Hal itu untuk membentuk pribadi santri yang cerdas secara intelektual, tangguh secara emosional, dan peduli terhadap lingkungan.
-Advertisement-.
Untuk membentuk pribadi yang demikian, kata Nurochman, tidak cukup hanya belajar agama dan akademik di dalam kelas. Santri masa kini harus dibekali kemampuan kepemimpinan, kemandirian, kerja sama, dan kepedulian terhadap alam.
“Semua itu terbentuk lewat aktivitas-aktivitas luar ruang. Seperti <>gowes, hiking>, dan pelatihan kedisiplinan,” ucapnya saat membuka kegiatan <>Super Camp >ke-7 di Lapangan Al-Izzah Putra, Desa Sumberejo, Senin (5/5/2025).
Nurochman mengatakan, arah pendidikan santri yang ideal adalah dengan tidak hanya menekankan akhlak dan ilmu, tetapi juga kesiapan mental menghadapi dinamika kehidupan modern.
Sehingga santri tidak bisa hanya kuat dalam kitab, tetapi juga harus adaptif, sehat jasmani, dan punya kepedulian sosial maupun lingkungan. Hal itu merupakan bentuk santri masa depan yang dicita-citakan di Kota Batu
Sementara itu, Pembina Gugus Depan Al-Izzah, Utep Syahrur Karim menyampaikan, pendekatan pendidikan di lembaganya kini lebih holistik. Dari 900 peserta <>Super Camp>, mayoritas merupakan santri putra yang tidak hanya dilatih baris-berbaris atau tali-temali, tetapi juga diajarkan nilai-nilai gotong royong, kepemimpinan, dan simulasi organisasi.
“Tahun ini kami tambahkan kegiatan seperti <>gowes >dan <>pinball>, serta kompetisi antarambalan tingkat penggalang dan penegak, untuk memperkuat interaksi sosial dan pengambilan keputusan di kalangan santri,” jelasnya.
Dengan pendekatan ini, pola pendidikan santri di Kota Batu tidak hanya mencetak lulusan yang religius dan cerdas, tetapi juga memiliki karakter kuat dan kesiapan menghadapi tantangan zaman. Hal itu diimpikan sebagai wajah baru pendidikan pesantren yang progresif dan relevan. (*)
Editor: Ali Wafa